Visitors counter

Sabtu, 31 Maret 2012

Batara Kamajaya

Batara Kamajaya adalah putera Sang Hyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Dewa ini bertempat tinggal di Kayangan Cakrakembang. Istrinya bernama Batari Ratih, putri Sang Hyang Soma. Kedua suami istri ini terkenal sangat rukun kemanapun ia pergi selalu berdua, sehingga Batara Kamajaya juga disebut dewa kerukunan atau sebagai lambing cinta kasih suami istri. Pusaka Sang Hyang Kamajaya yang terkenal adalah berupa kemayan Cakrakembang, pusaka tersebut pernah digunakan untuk membangunkan Batara Guru ketika bertapa, yang pada waktu itu Kayangan diserang Raja Raksasa prabu Nilarudraka.
 

Bomanarakasura

Bomanarakasura adalah putera Bathara Wisnu dengan Batari Pertiwi. Ketika masih muda ia bernama Raden Suteja dan pernah menjadi jagonya para dewa untuk membasmi keangkaramurkaan Prabu Bomantara dari Negara Trajutrisna. Raden Suteja pun dapat membunuh Prabu Bomantara yang akhirnya sifat angkara murka Bomantara merasuk ke jiwa Raden Suteja, yang mengakibatkan ia berubah sifat, dari sifat inilah ia tega membunuh adiknya sendiri yang bernama Raden Samba yang telah berani selingkuh dengan permaesurinya Dewi Hagnyanawati, dari cerita inilah maka terjadi perang Gojali Suta perangnya seorang anak dan bapak (sifat angkara murka dan sifat suci).
 

Bima/ Werkudara

Bima atau Werkudara adalah putera Prabu Pandu dan Dewi Kuntitalibrata. Ia tergolong Pandawa, kedua tokoh ini terkenal satriya yang bijaksana dan menjadi tulang punggung Negara Amarta. Namun demikian Bima termasuk satriya yang telah menguasai ilmu sangkan paraning dumadi yakni kita berasal dari mana dan akan kembali kemana. Bima juga ditakuti lawan-lawannya. Bila ia berperang pantang mundur dan menyerah kalau belum menemui ajalnya. Bima pernah mengamalkan dan menyebarkan ilmunya dengan bernama Beghawan Bima Suci.
 

Batara Kala

Batara Kala adalah putra Sang Hyang Manikmaya yang terjadi dari kama (sperma) salah ketika Batara Guru dan Batara Umayi bertamsya menaiki Lembu Handini. Dalam perjalanan di saat senja, Batara Guru tumbuh nafsu birahinya menginginkan lembangsari, tetapi Dewi Umayi menolaknya bahkan mnyumpahinyasehingga Batara Guru mempunyai taring. Kama/ Rahsa Batara Guru jatuh ke dalam lautan karena Dewi Uma menghindarinya. Kama salah itu kemudian berubah ujud menjadi bayi raksasa yang terus mengamuk ke Khayangan Suralaya hingga akhirnya diakui sebagai putera Batara Guru. Batara Kala sering menuntun pada nafsu angkara murka, sehingga yang digoda tergelincir ke jurang kenistaan, yang menjadi tandingan Batara Kala adalah Batara Wisnu.
 

Batara Guru

Batara Guru atau Sang Hyang Manikmaya adalah putra Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati atau Dewi Wirandi, putri raja jin Prabu Yuyut di negeri Keling. Saudara Batara Guru adalah Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga. Batara Guru mempunyai dua orang isteri yakni :
1.       Dewi Umayi atau Umaranti, berputera enam yakni Sambo, Brahma, Indra, Bayu, Wisnu, dan Batara Kala.
2.      Dewi Umaparwati berputera Batara Cakra, Batara Gana/Ganesya (Mahadewa) dan Batara Asmara.  Batara Guru adalah seorang raja dewa yang memerintah Tribawana yakni : Kayangan, Mayapada, dan Sonyaruri.

Baka

Baka atau Prabu Baka adalah raja raksasa Negara Ekacakra. Raja ini gemar makan daging manusia/raksasa kanibal hingga rakyatnya habis dimakan oleh sang raja raksasa. Syahdan ketika itu yang mendapat bagian setor manusia yang telah dilumuri bumbu dan nasi satu gerobak adalah seorang pendeta tua Beghawan Ijapra dari Dusun Menahilan . Namun Hyang Maha Agung bersifat adil ketika keluarga Beghawan Ijapra tersebut maju untuk disantap Prabu Baka, maka tampillah Dewi Kunti yang sedang menggembara dengan para Pandhawa kebetulan sang dewi dan puteranya menginap di rumah Ijapra. Maka Dewi Kunti pun memanggil Bratasena supaya mau jadi santapan Prabu Baka. Maka majulah Bratasena menjadi wakil setoran Ijapra. Singkat cerita, Bratasena dengan nasi sudah sampai di hadapan Prabu Baka, maka gembiralah sang raja kanibal demi melihat mangsanya yang gagah dan besar. Namun apa yang terjadi Prabu Baka tidak dapat memangsa Bratasena. Prabu Baka sendiri yang mati di tangan Raden Bratasena. Mengetahui hal tersebut gembiralah hati seluruh rakyat Negara Ekacakra karena terbebas dari bahaya kematian.

Baladewa

Baladewa atau Prabu Baladewa adalah seorang Raja di Negara Mandura Dia mempunyai senjata Nenggala dan Alugora beserta Gajah Putih Kyai Puspadenta. Semua ini anugerah dari dewa. Ketika itu pada masa muda Prabu Baladewa pernah menjadi jagonya para dewa, untuk membinasakan musuh yang sedang menyerang Khayangan Surayala. Maka Batara Guru menunjuk pada Raden Kakrasana, seorang pemuda yang gemar bertapa dipanggil agar mau jadi jagonya dewa. Setelah mendapat restu dari para dewa, majulah raden Kakrasana ke Rapatkepanasan tempat musuh dewa menunggu tandingnya. Prabu Nagaprasanta pun berhasil dibunuh oleh Kakrasana, dan Arya Yudakoti yang berujud gajah diampuni oleh Kakrasana, dan mengabdi kepadanya. Prabu Baladewa tergolong panjang umurnya hingga mengasuh Prabu Parikesit  keturunan Abimanyu.

Antakawulan

Antakawulan adalah isteri sang Prabu Batara Raja di Negara Ayodya. Konon ceritanya sang dewi belum mau melayani sang suami kalau Prabu Batara belum dapat mengartikan kata-kata panas apa yang melebihi panasnya matahari, dll. Namun teka-teki itu telah dijawab oleh saudaranya Prabu Batara yakni Leksmanamurdaka, hingga Antakwulan mengejar-ngejarnya agar diperistri Leksmana yang wadat itu. Tetapi tampil tokoh Arjuna yang pura-pura menjadi Leksmana hingga dapat menyunting Antakawulan. Sebetulnya sang dewi adalah jelmaan wahyu ketentraman yang menyatu dengan Arjuna.

Arimbi Raseksi dan Arimbi Cantik

Arimbi adalah putera Prabu Tremboko adiknya Prabu Arimba. Dengan melihat kegagahan Bratasena ketika berada di hutan, maka jatuh hatilah bunga negara Pringgadani dan ingin diperistri oleh Bratasena. Namun pada waktu itu wujud Dewi Arimbi berujud raksesi.Demi tekadnya yang sedang menggila, asmara yang membara, akhirnya Dewi Arimbi pergi bertapa meminta kemurahan  pada Hyang Agung, hingga ujud raseksi berubah menjadi seorang putri yang cantik jelitadan berhasil meraih apa yang diinginkan hingga dalam perkawinannya dengan Bratasena menurunkan Ghatutkaca.

Arjunasasrabahu

Arjunasasrabahu adalah seorang raja Negara Mahespati  tergolong raja titisan Batara Wisnu. Sang raja berpermaesurikan Dewi Citrawati dari Negara Widarba, yang konon melamarnya dilakukan oleh Bambang Sumantri dalam keberhasilannya menyunting Dewi Citrawati, menginginkan perang tanding dengan Arjunasasrabahu. Hal ini ditanggapi oleh seorang sang Prabu namun Sumantri dapat dikalahkan oleh Prabu Arjunasasrabahu, yang kemudian Sumantri diperintahkan untuk memindahkan taman Sriwedari dari kayangan Utara ke Negara Mahespati.

Kamis, 29 Maret 2012

Antarejo

Antarejo adalah Putra dari Raden Werkudara dan Dewi Nagagini dari Khayangan Saptapretala. Antarejo juga termasuk ksatria muda Amarta yang bercita-cita menegakkan kebenaran dan menumpas angkara murka. Antareja memiliki Ajian Upasanta pemberian Hyang Anantaboga. Lidahnya sangat sakti, mahluk apapun yang dijilat telapak kakinya akan menemui kematian. Anatareja berkulit napakawaca, sehingga kebal terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin Mustikabumi, pemberian ibunya, yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah, dan dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi. Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan berputra Arya Danurwenda. Ia meninggal menjelang perang Bharatayuddha atas perintah Prabu Kresna dengan cara menjilat telapak kakinya sebagai Tumbal (korban untuk kemenangan) keluarga Pandawa dalam perang Bharatayuda